Fitria Ayuningtyas, Langkah Studi S2 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Foto/Istimewa
Langkah Studi S2 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
PERKEMBANGAN Ilmu Pengetahuan yang begitu cepat melahirkan banyak sekali perubahan Di seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu efek Di perkembangan Ilmu Pengetahuan ialah munculnya berbagai media sosial, menjadi wadah Bagi berkomunikasi dan bertukar informasi Bagi sesama User.
Seiring menjamurnya media sosial, penggunaannya menjadi kian tak terelakkan. Siapa yang tidak menggunakan salah satu Di banyak media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, Facebook, atau X, maka Berencana kelihatan ketinggalan zaman.
Munculnya smartphone dan Duniamaya merangsang cara Mutakhir Di berkomunikasi. Salah satu fitur unggulan Di Duniamaya ialah adanya media sosial. Fitur tersebut tentu merubah pandangan manusia tentang berkomunikasi Di ini.
Lewat media sosial, seseorang dapat terus terhubung Didalam orang lain yang berada jauh Di posisi kita. Di Indonesia sendiri, User aktif media sosial telah mencapai 167 juta User per Januari 2023 (We Are Social, 2023). Data tersebut Menunjukkan betapa besarnya pengaruh Di munculnya media sosial seperti Facebook, X, Instagram, TikTok, dan lain-lain.
Media sosial termasuk Di media Mutakhir. Tentu saja media Mutakhir tak sama Didalam media lama, Di media Mutakhir menyediakan dan Membuat berbagai macam model Keterlibatan yang tidak tersedia Di media lama (Littlejohn et al., 2012).
Generasi Z atau biasa dipanggil Didalam singkatan Gen-Z merupakan generasi yang lahir Setelahnya tahun 1995. Diyakini generasi ini sangat paham Di menggunakan Ilmu Pengetahuan, Lantaran mereka lahir Di Ilmu Pengetahuan sudah Lebih berkembang. Rentang tahun kelahiran Gen-Z adalah Disekitar 1997–2012, Di ini mereka berada Di usia 11 hingga 26 tahun (Rosariana, 2021).
Dapat dikatakan, Gen-Z lahir Di masa Di mana Duniamaya dan Ilmu Pengetahuan telah Merasakan perkembangan yang sangat pesat. Supaya Gen-Z hidup Didalam Ilmu Pengetahuan sebagai teman mereka, Telepon Genggam pintar selalu ada Di genggaman mereka Supaya mereka lebih sering mengakses informasi dan hiburan Lewat media sosial serta Duniamaya (Ceicilia, 2023).
Huruf Z yang mengakhiri konsonan huruf alphabet Memiliki persamaan Pada Gen-Z, kehadiran mereka menandai akhir Di berbagai peran, Kebiasaan, dan Penghayatan yang terdefinisi Didalam baik (Sladek & Grabinger, 2016). Gen-Z sebenarnya Memiliki persamaan Didalam Generasi Y, tetapi Gen-Z Dikatakan lebih modern dan maju.
Hal tersebut dipicu Lantaran Gen-Z mampu melakukan lebih Di satu Karya Di satu waktu tertentu (multi tasking), mereka dapat mengakses media sosial Di Telepon Genggam, mengoperasikan Pc dan Duniamaya, serta mendengarkan Bunyi Di Alat Lunak (Putra, 2016).
Salah satu karakteristik Di Gen-Z yang paling menonjol adalah mereka akrab Didalam adanya Ilmu Pengetahuan, yang secara tak sadar hal tersebut mempengaruhi kepribadian mereka. Di kemunculan media sosial itu, menciptakan sebuah Kejadian Luar Biasa Mutakhir yang banyak dialami Didalam orang-orang.
Dampak Di hal tersebut adalah sifat Gen-Z yang rata-rata Mengharapkan validasi Di orang lain dan rentan merasakan perasaan FoMO. FoMO berkaitan Didalam persepsi atau penilaian seseorang Pada berbagai hal, persepsi itu terbentuk dan muncul Di Di diri sendiri.
Persepsi berhubungan Didalam salah satu cabang Di psikologi komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah sebuah proses komunikasi yang terjadi Di batin dan pikiran individu, bersangkutan Didalam aspek seperti percakapan internal, observasi, dan pemahaman mengenai lingkungan Disekitar individu (Kustiawan et al., 2022).
Kejadian Luar Biasa itu adalah ketakutan Berencana ketertinggalan momen atau yang biasa dikenal Didalam nama FoMO. FoMO diketahui banyak dialami Didalam orang yang berada Di rentang usia Gen-Z. Laman King University menuliskan bahwa FoMO ini adalah perasaan atau persepsi bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan dibandingkan hidup kita (Hadi, 2020).
Di Peristiwa Pidana Hukum FoMO, dapat dikaitkan Didalam psikologi komunikasi. Di payung psikologi komunikasi, terdapat pula komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, dan komunikasi kelompok. Keterlibatan Ditengah individu satu Didalam individu lainnya dapat memicu terjadinya FoMO Di media sosial.
Salah satu faktor pemicu seseorang Merasakan FoMO ialah Keterlibatan yang dilakukan Di media sosial (Przybylski, 2013). Didalam adanya media sosial, seseorang dapat Didalam mudah melakukan komunikasi interpersonal kepada pihak lain (Burgon & Huffner, 2002). Itulah yang membuat seseorang ingin terus mengakses media sosial.
Beberapa ahli Memiliki definisi tersendiri Pada komunikasi interpersonal, De Vito, 2016 menguraikan definisi Di komunikasi interpersonal sebagai penyampaian pesan Didalam satu individu dan penerima pesan Didalam individu yang lain atau kelompok lain yang disertai Didalam dampak dan Kemungkinan Bagi mengirim umpan balik (DeVito, 2016).
Seseorang Didalam tingkat FOMO yang tinggi Berencana selalu Berusaha Bagi tetap terhubung Didalam orang ataupun kelompok lain. Di hal tersebut, mereka menjadikan media sosial sebagai sarana Bagi melakukan hubungan sosial secara virtual dan berkomunikasi secara interpersonal maupun kelompok. Secara langsung ataupun tidak langsung, hal itu membuat mereka terus menerus mengakses media sosial yang berujung kecanduan.
Przyblylski, dkk (2013) menjelaskan definisi Fear of Missing Out (FoMO) adalah rasa kekhawatiran seseorang Di suatu Karya atau kegiatan yang tidak ia hadiri, ditandai Didalam keinginan Bagi terus menerus terhubung Didalam Karya yang dilakukan orang lain. Ciri yang paling menonjol Di perilaku FoMO ini adalah adanya rasa ketakutan Bagi tertinggal dibandingkan Didalam teman-teman Di media sosial.
Di Studi Sebelumnya Itu yang dilakukan Didalam Australian Psychological Society, individu yang berada Di usia remaja sangat rentang Merasakan perasaan FoMO dibanding individu yang berada Di usia dewasa (Jannah & Rosyiidiani, 2022). Hal tersebut terjadi Lantaran usia individu yang berada Di usia remaja atau remaja Ke dewasa lebih sering terpapar pengaruh media sosial.
Hal ini sejalan Didalam hasil Studi terdahulu yang Berkata bahwa Lebih tinggi tingkat FoMO maka Berencana Lebih besar pula rasio kecenderungan Di kecanduan media sosial, serta Sebagai Alternatif jika tingkatan FoMO masih Di skala kecil maka Lebih rendah juga kecenderungan kecanduan media sosial (Rahardjo & Soetjiningsih, 2022).
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Penghayatan Ketakutan Berencana Ketertinggalan Momen Bagi Gen-Z